Sejarah Penyebaran Bir di Asia oleh Orang Eropa

Respon terhadap pengenalan bir di Asia sangat bermacam-macam. Dari upaya Jepang untuk meniru bir khas Jerman hingga adanya penolakan konsumsi alkohol di kalangan masyarakat Hindu dan Muslim di India.
Minuman beralkohol telah dinikmati berbagai budaya di seluruh dunia selama ribuan tahun. Namun, bir bergaya Eropa adalah sesuatu yang relatif baru di beberapa bagian Asia. Bagaimana sebenarnya bir ini menyebar ke benua tersebut dalam catatan sejarah global?
Pengaruh Inggris dan Jerman terhadap bir di India
Menurut Jeffrey M. Pilcher, beberapa negara di Asia mulai mengenal bir karena pergerakan kolonialisme. Pada abad ke-18 hingga 19, Eropa sedang dalam fase ekspansi ke berbagai belahan dunia, dan pada saat itu industri bir di Eropa juga berkembang pesat. Penjelajah, agen kekaisaran, serta penjajah membawa bir bersama mereka selama perjalanan.
Inggris memperkenalkan bir India pale ale, yang terkenal dengan rasa pahitnya, di Asia Selatan. Minuman ini dirancang agar bisa bertahan dalam perjalanan jauh. Anehnya, pasar bir di India kemudian dikuasai oleh bir lager Jerman yang lebih ringan, yang dianggap lebih cocok untuk iklim panas tropis, seperti yang dijelaskan Livia Gershon di JSTOR Daily.
Bir kurang disukai oleh penduduk asli India karena kebanyakan penguasa Hindu dan Muslim melarang alkohol. Sebagai respons, orang Inggris mencoba mempertahankan bir sebagai bagian dari identitas budaya mereka, berbeda dengan budaya lokal di sekitar mereka.
Sampai sekarang, bir di India sering dikaitkan dengan peninggalan kolonial Inggris. Banyak kios yang menjual alkohol di Punjab masih menggunakan simbol Union Jack sebagai dekorasi.
Bir di Jepang
Di Jepang, ceritanya memiliki latar yang berbeda. Ketika Perjanjian Kanagawa pada tahun 1854 memaksa Jepang membuka diri untuk perdagangan dengan Barat, seorang pejabat Jepang yang pertama kali mencicipi bir yang disajikan oleh Komodor Matthew Perry menggambarkannya sebagai “rasanya seperti air seni kuda yang pahit.”
Namun, selama era Restorasi Meiji, masyarakat Jepang mulai melihat produk-produk Barat, termasuk bir, sebagai simbol modernitas dan kemajuan. Pabrik bir mulai bermunculan di Jepang, dan mereka sering mempekerjakan ahli dari Jerman untuk mengajarkan cara membuat bir lager.
Jurnal Brewing Society of Japan pada tahun 1906 menjadi saluran penting untuk pertukaran pengetahuan ilmiah tentang pembuatan bir di tingkat internasional.
Minat terhadap bir semakin meningkat di Jepang selama Perang Dunia II, ketika pemerintah melarang penggunaan beras untuk sake. Pada 1950-an, bir telah menjadi minuman paling populer di Jepang, dan pada 1980-an, bir “kering” dari merek Asahi menjadi terkenal di seluruh dunia.
Perkembangan bir di Tiongkok
Di Tiongkok, pada pergantian abad ke-20, Rusia mulai membuka pabrik bir di Harbin, sementara Jerman mendirikan pabrik Tsingtao di Shandong.
Berbeda dengan India, di Tiongkok, Jerman mendorong konsumsi bir di kalangan penduduk lokal sebagai bagian dari upaya mereka dalam mendorong integrasi budaya. Jerman juga mengizinkan pernikahan campuran dan pendidikan bersama sebagai cara untuk membaur dengan budaya lokal.
Dalam catatan sejarah, ada sebuah foto yang menunjukkan pejabat Jerman yang duduk di kereta, satu tangan memegang teh khas Tiongkok, dan tangan lainnya memegang segelas bir, menurut Pilcher.
Pada awal abad ke-20, banyak orang Tiongkok lebih menyukai bir merek Jepang. Namun, boikot terhadap barang-barang Jepang pada 1920-an mempercepat perkembangan industri bir dalam negeri. Sampai hari ini, ada banyak merek bir lokal di Tiongkok yang masih bertahan.
Secara keseluruhan, selama lebih dari satu abad, bir telah memperoleh beragam makna di berbagai wilayah Asia. Pilcher menyimpulkan bahwa bir, selain menjadi lambang modernisasi, juga digunakan oleh nasionalis sebagai bagian dari strategi untuk melampaui persaingan regional melalui minuman berbusa ini.
Dengan itu, bir di Asia memiliki cerita yang kompleks, dibentuk oleh interaksi budaya dan sejarah kolonial yang berbeda-beda di setiap wilayah.
Sumber: Sejarah Dunia: Bagaimana Orang Eropa Memperkenalkan Bir ke Asia?