Di tengah ketidakpastian global dan meningkatnya ketegangan geopolitik, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa utang Indonesia masih berada dalam kondisi yang cukup stabil.

Ia menjelaskan bahwa di negara-negara maju, utang mengalami lonjakan drastis dari 70 persen menjadi 112 persen dari PDB. Sementara itu, negara-negara berkembang juga melihat peningkatan signifikan dari 47 persen menjadi 71 persen pascapandemi.

"Dengan melihat situasi ini, utang Indonesia bisa dikatakan masih dalam batas aman," kata Sri Mulyani saat Rapat Kerja dengan Komite IV DPD RI di Jakarta, Senin.

Per akhir Juli 2024, rasio utang Indonesia berhasil ditekan hingga 38,68 persen, yang masih jauh di bawah batas aman 60 persen sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Sri Mulyani juga menggarisbawahi bahwa lonjakan utang di berbagai negara disebabkan oleh penyempitan ruang fiskal dan moneter, diperparah oleh ketidakpastian global yang masih berlangsung serta eskalasi konflik geopolitik.

Menurutnya, tahun 2024 belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan global. Justru, situasi cenderung semakin memburuk dengan ketegangan geopolitik yang kian meruncing.

"Ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta meningkatnya fragmentasi dan proteksionisme sebagai dampak dari kompetisi ini, turut melemahkan ekonomi global," ujarnya.

Konflik yang berkepanjangan juga memicu inflasi tinggi, diikuti oleh suku bunga global yang melonjak. Meskipun diprediksi suku bunga di Amerika Serikat akan menurun mulai September 2024, dampak perang terhadap pasokan dan harga komoditas tetap signifikan.

Akibat dari semua ini, pertumbuhan ekonomi global mengalami pelemahan. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan bahwa ekonomi dunia hanya akan tumbuh sebesar 3,2 persen pada 2024, lebih rendah dari tahun lalu, dan diperkirakan akan mencapai 3,3 persen pada 2025, sama seperti pada 2023.

Sumber: Menkeu: Utang Indonesia Relatif Terjaga di Tengah Ketidakpastian Dunia